specialist vs generalist dalam karir pekerjaan

Sharing session Specialist vs Generalist. Sumber: Pennyu


4 menit

Setuju nggak sih kalau usia 20-an itu adalah masa paling krusial dan penting? Di usia ini kamu akan mengalami masa peralihan untuk menentukan arah hidup dan kesuksesan yang akan diraih. Pada umur ini pula kamu akan membangun karir dan dihadapkan pada pilihan ingin menjadi seorang specialist yang expert di satu bidang tertentu atau generalist yang mahir di berbagai bidang pekerjaan.

Memilih menjadi specialist atau generalist memang nggak semudah membalikkan telapak tangan. Kamu perlu diskusi dan minta pendapat senior atau banyakin riset biar mantap milih salah satu dari generalist atau specialist.

Nah, kalau lagi bingung nentuin kamu seorang specialist atau generalist, yuk simak sharing session Fanny Julia Ananda KOL Specialist Intern Pennyu Group di Pennyu Learning Circles (PLC).

A. Mitos atau Fakta tentang Specialist dan Generalist?

Emang nggak ada habisnya pembahasan karir tentang specialist dan generalist, selalu ada mitos atau fakta yang terus berkembang. Biar kamu makin paham, Fanny ngejelasin mitos atau fakta apa aja yang sering muncul di pembahasan specialist dan generalist.

Baca juga: Leadership Talk: “Kejujuran is About Everything” Fondasi Utama dalam Kepemimpinan

1. Menjadi specialist membatasi peluang karir dalam jangka panjang?

Jawabannya adalah mitos. Kata Fanny, seorang specialist expert di bidang yang ditekuni, sehingga mereka punya value tinggi yang mendukung dalam perjalanan karir. Contohnya seperti Winda Basudara, seorang specialist yang konsisten sebagai content creator dan live streamer gaming.

2. Seorang generalist lebih mudah beradaptasi pada perubahan industri dengan cepat?

Kalau yang ini fakta ya guys! Fanny bilang, seorang generalist punya banyak skill. Karena itu mereka bisa lebih adaptif sama trend industri yang terus berubah-ubah.

3. Seorang generalist lebih cocok dalam peran kepemimpinan?

Fakta! Seorang generalist punya pemahaman luas di berbagai disiplin ilmu. Dengan ilmu tersebut seorang generalist punya helicopter view, jadi mereka cocok jadi pemimpin karena bisa lihat suatu situasi atau sistem dari berbagai aspek secara umum.

4. Specialist memiliki keamanan kerja lebih tinggi dibandingkan dengan generalist?

Menurut Fanny, jawaban untuk hal ini adalah “tergantung” ya! Karena keamanan karir seorang specialist maupun generalist bergantung pada industri dan permintaan pasar. Specialist punya keamanan lebih baik di bidang yang mendalam seperti seorang dokter misalnya, sedangkan generalist merasa lebih aman di industri yang fleksibilitasnya tinggi.

5. Seorang generalist tidak bisa expert di bidang tertentu?

Mitos ya guys! Didukung dengan terus belajar, berinovasi, dan pengalaman di berbagai bidang, generalist bisa menjadi expert di bidang tertentu kok.

Baca juga: Being An Extrovert, In An Introvert’s Body

B. Kamu Seorang Spesialist atau Generalist?

Pernah ngerasa bingung sebenernya kamu seorang specialist atau generalist? Soal hal tersebut, Fanny mengatakan ada beberapa karakter yang bisa menentukan apakah kamu termasuk seorang specialist atau generalist.

Specialist:

1. Kamu termasuk orang specialist jika suka belajar dan mendalami satu hal.

2. Menganggap diri ahli dalam suatu subjek.

3. Fokus dan melakukan satu hal dengan sangat baik.

4. Menyukai kejelasan, bukan fakta yang abu-abu.

5. Memiliki keterampilan teknis yang sangat spesifik.

Generalist:

1. Percaya jika keberagaman adalah bumbu kehidupan.

2. Menyukai tantangan dan belajar hal-hal baru.

3. Senang berhubungan dengan banyak orang atau tim berbeda-beda.

4. Multi-tasking, bisa mengerjakan banyak hal.

5. Percaya istilah “lebih baik selesai daripada sempurna”

C. Kelebihan dan Kekurangan Menjadi Spesialist

Jadi Spesialist: Jago satu bidang, tapi…..

Kelebihan:

1. Punya pemahaman lebih mendalam.

2. Berpotensi mempunyai penghasilan lebih tinggi karena menguasai bidang pekerjaan tertentu.

3. Stabilitas karir tinggi.

4. Memiliki reputasi dan otoritas tinggi di bidang tertentu.

Kelemahan:

1. Kurang fleksibel, agak susah pindah ke bidang industri lain yang berbeda dengan keahliannya.

2. Risiko keusangan keahlian atau keterampilan.

3. Mempunyai pilihan karir lebih sedikit, karena cuma fokus di satu bidang.

4. Perspektif yang sempit hanya fokus di bidang tertentu.

Jadi generalist: Tahu banyak hal, tapi…..

Kelebihan:

1. Punya banyak keahlian.

2. Mudah beradaptasi.

3. Karir lebih fleksibel, karena mempunyai kemauan untuk belajar banyak hal.

4. Memiliki pandangan yang luas.

Kelemahan:

1. Tanggung jawab kerja generalist tumpang tindih dan tidak punya pengetahuan mendalam tentang bidang tertentu membuat seorang generalist mudah untuk digantikan.

2. Gaji yang kurang kompetitif, karena kurangnya spesialisasi, generalist cenderung dibayar lebih rendah.

3. Sulit fokus, banyaknya minat bisa bikin kamu kesulitan untuk menentukan prioritas.

D. Menentukan Kamu Seorang Specialist atau Generalist?

Pahami kamu pengen masuk industri seperti apa, caranya bisa dilihat jika kamu minat ke industri expert maka cocok jadi seorang specialist. Sedangkan jika kamu minat masuk ke industri yang fleksibel seperti agency, jawabannya kamu adalah generalist.

Tentukan goals dalam jangka panjang. Kalau kamu emang masih ragu dengan keduanya, Fanny nyaranin kamu buat jadi generalist dulu beberapa waktu dan pelajarin semua hal yang kamu sukai. Seiring bertambahnya pengalaman, kamu bisa menemukan kecocokan di bidang tertentu dan tidak menutup peluang menjadi specialist atau experter.

Baca juga: Selalu Ada yang Pertama di Dalam Hidup

Refleksikan minat kamu. Cobalah tarik ke belakang untuk merecap hal-hal apa aja yang buat kamu nyaman dan senang menjalaninya. Kalau ternyata kamu punya minat yang sangat kuat pada satu bidang maka kamu tipe specialist. Atau kamu suka mencoba hal-hal baru, fleksibel, dan ingin punya pandangan luas, kamu tipe generalist.

Dari pembahasan generalist atau spesialist, Fanny menemukan sebuah konten di channel Youtube In Our Twenties, yaitu “Bagaimana Menjadi Sigma, Soft Skill yang Wajib Dimilik oleh Anak Muda Umur 20-an” dan membagikan ilmu yang dia dapat di sharing session PLC.

S-trategic Thinking ➝ Berpikir strategis, seperti ketika ada masalah bukannya berpikir cepat memberi solusi tanpa landasan, tapi cari akar permasalahan lebih dulu dan cari penyelesainnya untuk menemukan solusi.

O-perational excellence -> Gimana caranya bisa mengeksekusi ide itu dengan baik.

L-earning agility -> Lebih kepada kita jumping ke peluang yang ada sambil terus improve diri. Mudahnya, jalani peluang yang ada sambil mencari hal yang membuat kamu nyaman dan mendalaminya.

I-nfluencial communication -> Menjadi influencer di komunikasi tidak perlu menunggu jadi ahli. Dengan cara mengetahui siapa lawan bicara, kamu bisa meng-influence mereka.

D-igital mindfulness -> Perkembangan digital era ini sangat kencang. Kemampuan untuk menggunakan dan menguasai teknologi digital sangat penting membantu produktivitas.

Di penghujung sharing session, Fanny menyimpulkan kalau menjadi specialist maupun generalist nggak masalah. Selagi masih muda dan mempunyai lebih banyak tenaga, jangan pernah takut coba semua hal. Nggak ada jawaban pasti di karir pertamamu dalam dunia kerja. Kamu bisa mencoba jadi generalist dulu ketika nanti menemukan kecocokan di bidang tertentu, baru setelah itu dengan bertambahnya pengalaman, kamu bisa menjadi specialist. Tapi nggak ada salahnya juga kalau kamu pengen langsung jadi specialist. Semua pilihan kembali ke kamu ya! Semoga sharing session bareng Fanny menginspirasi.

Komentar Dinonaktifkan